Wednesday, November 27, 2019

KEGIATAN EKONOMI ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA

Di Indonesia, orang etnis Tionghoa kurang berperan dalam perdagangan di daerah seperti Minangkabau, Batak dan Aceh, selain ibukotanya, yang penduduk lokalnya sendiri terkenal giat dalam usaha-usaha perdagangan.

Orang etnis Tionghoa bisa berkembang dalam kegiatan ekonomi di daerah, di mana mereka diberi kesempatan atau peluang untuk melakukan hal itu, khususnya di pulau Jawa atau daerah yang tidak ada atau kurang penghuni lokalnya, seperti Kalimantan Barat, ataupun daerah di mana ada sumber daya alam tetapi tidak ada penduduk setempat yang mau mengolahnya, seperti Bangka Belitung.

Sejak masa kolonial, orang etnis Tionghoa sudah berperan dalam bidang ekonomi, khususnya sebagai pedagang perantara dan keadaan ini berlanjut hingga masa setelah kemerdekaan.

Pada masa Orde Baru partisipasi mereka dalam bidang ekonomi menjadi lebih luas karena mereka tidak hanya bergerak dalam bidang perdagangan perantara, tetapi juga dalam manufaktur atau industri dan dalam perbankan.

Hal ini terjadi karena keharusan pemerintah Orde Baru untuk memulihkan keadaan perekonomian yang sudah sangat parah pada masa akhir Orde Lama sehingga kesempatan berusaha dibuka lebar-lebar dan berbagai kemudahan diberikan pemerintah kepada para pengusaha etnis Tionghoa.

Boleh dikatakan bahwa hampir semua konglomerat di Indonesia mulai berkembang pada masa Orde Baru dan kalaupun mereka sudah memulainya sebelum itu, kebijakan ekomoni saat itu memberikan peningkatan yang besar bagi perkembangaannya.

Pada masa kolonial, berbagai kegiatan tertutup bagi orang timur asing, seperti menjadi pegawai negeri dan dalam usaha tani, karena mereka hanya diperbolehkan memiliki tanah di Kalimantan Barat dan sekitar Tangerang.

Dengan demikian, bidang yang terbuka bidang yang terbuka adalah perdagangan, yang juga tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi.

Hal ini didukung pula oleh sistem nilai orang etnis Tionghoa yang bermuara pada ajaran Confucius walaupun bagi kebanyakan dari mereka tidak disadarinya.

Seperti yang dikemukakan dalam sistem nilai yang diteruskan secara turun-temurun terdapat hormat dan berbakti terhadap orang tua dan orang yang lebih tua, bekerja keras dan berhasil dalam karya apa pun, ulet dan tahan banting dalam menghadapi segala kesulitan serta selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik.

Jika kita mendengar atau membaca kisah sukses pengusaha yang berhasil dari kelompok etnis mana pun, ternyata ceritanya mirip, sosialisasi yang menjurus kemandirian dan percaya diri atau kemampuan bergaul dengan orang-orang yang dapat mempengaruhi kemajuan usahanya dan dengan bawahannya.

No comments:

Post a Comment