Wednesday, November 27, 2019

RINGKASAN BUKU RAHASIA SUKSES TOKO TIONGHOA (4) - BAGAIMANA KONSEP ATAU PANDANGAN ORANG TIONGHOA DALAM MEMILIH ATAU MENJALANKAN BISNIS?

Pertama, mereka sadar jika untuk menjadi besar harus memulai dari yang kecil.

Banyak pengusaha-pengusaha besar yang mengawali dari paling bawah. Perusahaan farmasi mengawali dari menjual obat dengan sepeda keliling, perusahaan batik memulai dari menjualnya di emperan, rumah makan diawali dengan gerobak dorong, dan sebagainya.

Di benak mereka, yang terpenting bisnis mampu mendatangkan keuntungan berkesinambungan atau keuntungan jangka panjang. Meskipun nilainya tipis, keuntungan atau cuan harus ada agar bisnis dapat hidup dan berkembang.

Agar bisa untung diperlukan ketajaman membaca peluang. Peluang bisnis di setiap perubahan, selalu dicermati. Misalnya selama satu minggu imlek, barang dagangannya disimpan dulu. Penggantinya, dia menjual semua barang-barang berbau Imlek mulai dari lampion merah, kotak angpau, boneka Cina dan berbagai aksesori lainnya. Menjelang akhir tahun, selama dua minggu, barang dagangannya berubah menjadi perlengkapan dan pernak-pernik natal dan tahun baru.

Orang Tionghoa akan berusaha memanfaatkan peluang sebaik mungkin asalkan tidak merugikan pihak lain. Misalnya sebuah showroom mobil bekas yang memiliki ruang pamernya luas dan berlokasi di pinggir jalan besar yang ramai, bagian ruangannya yang kosong di malam hari bisa untuk dijadikan rumah makan seafood bertenda. Pemasukan dari bisnis pun menjadi dua: dari jual beli mobil di siang hari dan seafood di malam hari.

Memaksimumkan keuntungan di saat musim puncak mudik lebaran. Pengelola sebuah agen travel jurusan Jakarta-Yogyakarta memakai armada bis. Pada hari-hari biasa diberangkatkan dua kali. Namun, menjelang dan selama musim mudik lebaran, penumpang travel naik sampai 3-4 kali lipat. Dia hanya memiliki 3 bis yaitu 2 bis untuk operasional dan 1 bis cadangan. Dia berusaha menyewa atau mencarter bis lain sehingga tidak ada calon penumpang yang ditolak.

Sebagai pebisnis, peluang bisnis tidak boleh dibiarkan lenyap begitu saja. Banyaknya apartemen-apartemen baru yang dibangun sebagai peluang bisnis. Seorang pemilik rumah makan melihat peluang bisnis katering dari banyaknya apartemen-apartemen yang dibangun di wilayahnya. Kalau satu tower apartemen dihuni 120 kepala keluarga (KK), kalau ada 4 tower maka sudah ada 480 KK. Jika 10%-nya saja berlangganan katering maka sudah ada 48 KK dikalikan harga katering per paket misalnya Rp 20.000 / hari sehingga dalam sehari bisa mendapatkan Rp 980.000.

Konsep bisnis orang Tionghoa berikutnya adalah membuat uang tunai menjadi produktif.

Uang hasil penjualan toko tidak boleh didiamkan atau menganggur begitu saja. Uang harus diputar secara produktif sehingga berkembang biak. Prioritas utama adalah mengubah uang menjadi barang dagangan yang laku keras. Mengapa? Kalau cepat laku, maka aliran uang segar juga masuk dengan cepat plus keuntungan. Barang dagangan yang perputarannya lambat akan dibeli dengan cermat setelah barang yang laku keras. Barang yang lambat perputarannya kadang dijual sedikit mahal untuk mengompensasi lamanya uang berdiam di barang. Sebaliknya, barang yang laku keras lebih mengharapkan perputaran uang, sehingga untung sedikit saja tidak masalah yang penting cepat kembali jadi uang. Mereka mengatur aliran uang (cash flow) dengan lihai.

Dalam berdagang, pebisnis harus siap bersaing. Sebuah toko sembako memiliki banyak pesaing yang gila-gilaan menawarkan harga lebih murah sehingga berujung perang harga.

Pelanggan tidak segan berpindah ke toko yang lebih murah. Caranya, dia berani menjual harga barang-barangnya lebih murah asalkan pelanggan membeli dalam jumlah atau omzet besar, bahkan dengan harga hampir sama dengan harga pokoknya.

Labanya pertama didapat dari keuntungan memakai uang lebih dulu, karena kalau beli dari pemasoknya kredit 1 bulan. Dia menjual ke pelanggannya dengan tunai keras (cash). Kedua, mengharapkan keuntungan dari pemasoknya berupa rabat bagi pengecer yang jumlah pesanannya banyak. Ketiga, keuntungan sampingan dari kardus-kardus pembungkus atau pengepakan bisa dijual ke pengumpul karton sehingga menghasilkan keuntungan sampingan. Melihat keuntungan dari sisi lain, bukan sekadar selisih harga jual dan harga kulakan tetapi keuntungan yang bisa diciptakan.

Visi pebisnis sejati adalah jangka panjang, bukan penjual yang mengeruk keuntungan sesaat. Perlu membangun kepercayaan (trust) untuk bisa bertahan dalam jangka panjang. Contohnya, seorang penjual mobil bekas selalu mencatat dan memfotokopi dokumen-dokumen kendaraan seperti STNK, BPKB, dan KTP pemilik lama dan disimpan selama 5 tahun. Pemiliknya tetap bertanggung jawab atas penjualan mobilnya dengan menjamin mobilnya bukan mobil curian. Jika di kemudian hari ada masalah surat kendaraan, demikian juga kalau pembeli menghilangkan surat kendaraan, penjual tetap bisa membantu.

Bisnis yang mendasarkan pada kepercayaan tidak mengejar keuntungan sesaat lalu melarikan diri. Itulah sebabnya, bisnis yang “tabrak lari” atau “hit and run” sangat tidak disarankan karena tidak akan membuat pembeli kembali yang kedua kalinya.

Dalam menjalankan bisnis, pengelola toko harus tahu bagaimana menempatkan dirinya. Pemilik-meskipun sebagai bos-tidak akan berperilaku layaknya bos di hadapan pelanggan. Dalam bisnis, yang bertindak sebagai bos adalah pelanggan. Pelangganlah yang membawa uang ke toko. Tidak ada pelanggan berarti kematian bagi suatu usaha. Itulah sebabnya hubungan dengan pelanggan adalah penting.

Pelanggan yang puas akan setia kembali ke toko. Untuk bisa memuaskan pelanggan, suatu toko harus berani memberikan layanan yang luar biasa atau layanan plus plus. Misalnya melayani pelanggan yang datang sebelum toko buka maupun setelah toko tutup. Sekali dilayani, mereka merasa dihargai dan sudah “ditolong”.

No comments:

Post a Comment