Wednesday, November 27, 2019

RINGKASAN BUKU RAHASIA SUKSES TOKO TIONGHOA (6) - BAGAIMANA ORANG TIONGHOA MENDAPATKAN MODAL?

Tanpa modal uang pun, membuka toko bisa dilakukan. Bahkan memungkinkan merintis toko dari nol sampai berkembang pesat. Apa modal utama membuka toko? Jawabannya singkat: modal keberanian, kepercayaan dan jaringan!

Membuka toko bisa diawali tanpa modal uang sama sekali. Untuk tempat misalnya, seorang pebisnis pemula pinjam dari saudaranya sebuah kios yang kosong tak terpakai. Kios itu dititipkan untuk dirawat, dibayar pajak tempatnya berikut biaya listriknya. Sedangkan untuk barang dagangan, dia kontak saudaranya lain yang sudah lama berdagang. Dia minta saudaranya itu menitipkan barang dagangan di kiosnya. Kalau barang terjual baru dibayar.

Contohnya, sebuah toko yang berpindah ke lokasi baru tidak memiliki modal uang. Barang dagangan yang lama tidak laku sehingga harus mengubah jenis barang dagangan.

Dengan modal kepercayaan dan jaringan, pemilik toko meminta bantuan saudaranya yang sudah lama membuka toko elektronik untuk mengundang salesman atau popular disebut verkoper ke tokonya.

Tentu saja, salesman tidak akan percaya begitu saja memberikan barang dagangan ke toko baru. Pasalnya, barang dagangan itu tidak dibayar tunai tetapi dibayar setelah satu bulan. Berkat bantuan saudaranya itu untuk menanggung atau mengganti kalau sampai barang dagangan yang dititipkan hilang atau dibawa kabur, salesman itu mau menitipkan barang dagangannya ke toko baru tersebut.

Setelah beberapa bulan, pemilik toko tidak lagi mencari salesman tetapi salesman yang datang ke tokonya berkat satu salesman yang saling menginformasikan kepada salesman lain.

Toko yang tidak memiliki banyak modal uang dapat menerapkan pembelian konsiyasi.

Sistem pembelian konsiyasi (laku baru bayar) ke pemasok merupakan alternatif yang terbaik. Kalau dicermati sebenarnya banyak showroom mobil bekas yang mengandalkan konsiyasi. “Ya udah titipkan aja mobilnya ke toko saya. Nanti saya jualkan”, begini pesan yang disampaikan pemilik showroom kepada calon penjual.

Kepercayaan menjadi landasan orang Tionghoa untuk bekerja sama. Kekurangan modal dapat ditutupi dengan bekerja sama antar teman atau saudara. Sebutannya adalah kongsi. Dalam membentuk relasi ini, mereka sangat mementingkan kecocokan. Kalau dari awal sudah merasa cocok atau ciong, mereka akan melangkah ke hubungan lebih dalam karena mereka memikirkan kelangsungan hubungan jangka panjang.

Contoh lain:

seorang pemilik kios onderdil meminta jaminan ke pemasok untuk mengganti penyangga kopling pelanggan yang rusak, meski barang itu sudah dipakai 3 bulan. Pemilik kemudian memberikan penyangga yang baru tanpa memungut biaya. Pelanggan merasa menjadi sahabat pemilik kios dan keduanya bahagia.

Meski pemilik tidak mendapat keuntungan karena pelanggan tidak membayar penyangga yang baru, namun pelanggan itu menjadi pelanggan setianya dan mengajak teman-temannya membeli ke kios tersebut.

Nilai-nilai Tionghoa dalam berbisnis:

• membuat pertemanan

• mengejar kebahagiaan

• mendapat keberuntungan

• mencapai kemakmuran

No comments:

Post a Comment