Orang Tionghoa tidak pasrah begitu saja pada nasib. Baginya, kondisi hidup bisa berubah asal bekerja keras. Pertimbangannya sederhana: Mengapa harus berdiam diri di rumah kalau bisa membuka toko tanpa harus menutupnya? Ini bukan suatu paksaan tetapi semangat yang muncul dari dalam diri untuk membesarkan toko.
Semangat bisnis orang Tionghoa tetap menyala baik dalam situasi gagal maupun sukses.
Kegagalan akan disikapi positif dan tidak kemudian berputus asa. Yang dilakukan adalah mencari kemungkinan akar penyebabnya: Apakah mutu barang dagangannya jelek, harganya terlalu mahal, lokasinya tidak strategis, layanannya buruk, kalah bersaing dengan toko sejenis atau memang kondisi bisnis sedang lesu?
Yang terpenting mereka akan mencoba lagi dan memperbaiki kesalahannya dari pengalaman.
Orang Tionghoa tidak akan malas-malasan atau kemudian takabur di kala target sudah terpenuhi.
Misalnya saja dari jam buka toko, kalau baru buka dua jam saja sudah laris, tidak berarti kemudian tokonya tutup lebih awal. Dengan mengatur jam buka toko secara disiplin, pelanggan lainnya tetap bisa membeli sehingga tidak kecewa dan lantas berpindah ke toko lain.
Pemilik toko yang sukses sebenarnya bukanlah yang santai-santai menghitung uang, melainkan bekerja keras melebihi jam kerja karyawan.
Contohnya, seorang pemilik sebuah dealer sepeda motor sedari pukul 07.00 pagi sudah berada di tokonya untuk menyiapkan tokonya buka. Setelah tutup pukul 17.00, dia masih membawa berkas-berkas toko ke rumahnya untuk mengurus catatan-catatan penjualan toko, tagihan kredit, pembayaran, dan sebagainya. Tak jarang dia baru selesai berurusan dengn tokonya pada pukul 21.00.
Semangat bisnis Tionghoa bagaikan api yang menyala; membesarkan toko, menambah jumlahnya, dan masuk ke bisnis yang baru. Kalau sudah sukses, justru semangat bisnis mereka semakin berkobar untuk melakukan ekspansi. Kalau sudah memiliki satu toko, mereka menambah jumlah toko.
Kalau jumlahnya sudah banyak, peluang bisnis baru yang berbeda akan coba dimasuki.
Di Yogyakarta misalnya, banyak pemilik toko yang sudah sukses di kategori bisnis tertentu misalnya showroom mobil bekas, toko bakpia, toko jam selanjutnya merambah ke bisnis baru seperti properti.
Yang perlu diingat, pebisnis perlu fokus atau konsentrasi mengembangkan satu jenis toko lebih dulu supaya menjadi tulang punggung bisnis yang baru. Sebaliknya kalau gagal, harus dicari penyebabnya dan solusinya.
No comments:
Post a Comment