Prinsip-prinsip ini merupakan perpaduan antara apa yang berlaku dalam kenyataan dan apa yang seharusnya dan secara keseluruhan dapat dipandang merupakan falsafah pribadi saya dalam bidang penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa. Secara singkat prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Prinsip pertama, adalah perlunya diselenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan untuk keperluan pembangunan bangsa. Ini menyangkut baik pendidikan dan pelatihan di dalam negeri maupun di luar negeri. Ini merupakan suatu langkah yang esensial. Namun langkah ini saja tidaklah cukup.
Di samping itu, sebagai prinsip kedua, perlu dikembangkan suatu konsep yang jelas, realistis dan dapat dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang ingin dibangun di masa depan serta teknologi yang diperlukan untuk mewujudkannya. Teknologi ini belum tentu selalu harus merupakan teknologi yang paling sederhana. Seringkali, teknologi ini bahkan dapat merupakan teknologi paling mutakhir di dunia. Satu-satunya ukuran bagi tepat tidaknya suatu teknologi bagi bangsa yang secara teknologi kurang maju adalah kegunaannya dalam memecahkan permasalahan-permasalahan nyata di dalam negeri bangsa tersebut.
Prinsip ketiga, dan barangkali yang paling penting, adalah bahwa teknologi hanya dapat dialihkan, diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut jika mereka benar-benar diterapkan untuk pemecahan masalah-masalah yang kongkret. Karena sifatnya itu, teknologi tidak dapat dimengerti apalagi dikembangkan secara abstrak. Untuk mengembangkan teknologi produksi padi misalnya, memang sangat penting dipelajari pertanian padi dan teknologi produksi padi yang telah dikembangkan di seluruh dunia. Tetapi yang paling penting adalah usaha meningkatkan produksi padi di dalam berbagai kondisi lahan, kondisi cuaca, kondisi ekonomi dan di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan tertentu. Bekerjanya teknologi dapat dipahami dengan baik hanya melalui usaha dan karya nyata dalam rangka memecahkan problema-problema produksi yang kongkret. Dan hanya jika teknologi dipahami dengan cara demikian, ia dapat dikembangkan lebih lanjut.
Prinsip keempat, berdampingan dengan prinsip ketiga tadi, bagi bangsa yang ingin mengembangkan dirinya secara teknologi harus bertekad kuat untuk berusaha sendiri memecahkan masalah-masalahnya. Bangsa yang ingin maju secara teknologi, tidak mungkin terus-menerus menjadi importir netto teknologi sepanjang masa. Pada suatu ketika, ia harus sanggup mengembangkan teknologinya sendiri.
Kelima, pada tahap-tahap awal transformasi dirinya menjadi suatu bangsa yang berteknologi maju, setiap negara harus melindungi perkembangan kemampuan nasionalnya di bidang teknologi hingga saat tercapainya kemampuan bersaing secara internasional. Dan perlu ditambahkan di sini, bahwa setiap negara harus merencanakan tercapainya kemampuan bersaing secara internasional itu dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Demikianlah beberapa prinsip yang harus diperhatikan di dalam setiap usaha melaksanakan suatu strategi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta upaya-upaya transformasi teknologi dan industri di negara-negara berkembang.
Ada banyak strategi yang dapat dipilih untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam tindakan yang lebih kongkret. Namun secara konsepsional, terdapat dua elemen dasar dari strategi ini yang patut diperhatikan. Elemen pertama adalah tahap-tahap pelaksanaannya dan yang kedua adalah wahana-wahananya.
Komentar
Dari sepenggal tulisan diatas kita dapati bahwa Pak Habibie itu orangnya realistis, solutif, nasionalis, data oriented dan sistemik. Khas Jerman banget.
Sejarah mencatat bahwa dibawah arahan Beliau industri Indonesia (strategis dan komersil) tumbuh pesat. Begitu pula software, hardware dan humanware IPTEK Indonesia berkembang dengan kecepatan tinggi.
Pemikiran-pemikiran Beliau makin terasa urgensinya sekarang. Sayang belum ada patron yang bisa konsekuen melindungi, membiayai dan mengarahkan kebijakan-kebijakan yang sangat realistis ini. Realistis untuk Indonesia yang makin terjepit ekonomi, industri dan dunia pendidikannya oleh pihak luar.
Ilmuwan cerdas, pemikir brilian, cendikiawan jenius tanpa kuasa politik, perlindungan militer dan topangan ekonomi itu bukan apa-apa.
Untuk mereka yang seumuran dengan saya (generasi milenial), terutama orang-orang pinternya, para akademisinya, kurangin lah berburu duit proyek sama nulis-nulis yang tak berdampak, turun dong ke masyarakat. Tahan diri dulu untuk ngopi-ngopi manja sama jalan-jalan keseringan. Pinter di bidangnya, juga pinter bermanuver supaya gagasan-gagasannya jalan, berdampak nyata.
Indonesia ini sudah mengalami brain-drain pasca reformasi, jangan bikin keadaan tambah buruk!
Oh ya, untuk para pengambil dan pelaksana kebijakan pendidikan nasional, realistis aja lah. Adakan link and match sektor pendidikan dan industri. Ini juga adalah pemikiran Pak Habibie dulu. Makin banyak lho sarjana pengangguran sekarang gara-gara kurang matching nya sektor pendidikan tinggi sama industri mutakhir sekarang.
No comments:
Post a Comment